Selama bertahun-tahun, wacana publikasi di jurnal terindeks Scopus sering diasosiasikan dengan biaya tinggi. Banyak akademisi Indonesia, khususnya dosen muda dan mahasiswa doktoral, beranggapan bahwa publikasi ilmiah di jurnal bereputasi selalu membutuhkan dana besar. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Berdasarkan data dari Scimago Journal & Country Rank (scimagojr.com), sekitar 80% jurnal Scopus tidak mengenakan biaya publikasi kepada penulis. Hanya sekitar 20% yang menerapkan biaya dalam bentuk Article Processing Charge (APC), biasanya untuk skema open access penuh.
Model Bisnis Penerbitan Jurnal Ilmiah
Untuk memahami mengapa sebagian jurnal gratis dan sebagian lain berbayar, perlu dilihat bagaimana struktur industri penerbitan bekerja.
1. Penerbit Komersial Berbasis Langganan
Penerbit ternama seperti Elsevier, Springer, Taylor & Francis, Wiley, Emerald, Brill, Cambridge University Press, dan lainnya menggunakan model langganan. Artikel hanya bisa diakses oleh institusi atau individu yang berlangganan. Keuntungannya, penulis tidak dikenakan biaya publikasi kecuali memilih opsi open access.
2. Penerbit Open Access Penuh
Contohnya MDPI, Hindawi, PLOS, Frontiers. Model ini memungkinkan siapa pun membaca artikel secara gratis, tetapi penulis harus membayar APC. Biaya ini menutupi proses editorial, peer review, hingga pengelolaan sistem penerbitan.
3. Penerbit Nonkomersial
Asosiasi ilmiah, universitas, atau lembaga penelitian seringkali menerbitkan jurnal dengan biaya yang ditanggung lembaga atau sponsor. Dalam banyak kasus, publikasi bisa gratis untuk penulis maupun pembaca, terutama dalam model Platinum/Diamond Open Access.
Empat Skema Pembiayaan Jurnal Scopus
Terdapat empat model utama dalam pembiayaan jurnal Scopus:
-
Platinum/Diamond Open Access
-
Penulis gratis
-
Pembaca gratis
-
Biaya ditanggung sponsor atau lembaga.
-
-
Gold Open Access
-
Penulis membayar APC
-
Pembaca gratis
-
Banyak digunakan oleh penerbit seperti MDPI, Hindawi, dan PLOS.
-
-
Closed Access
-
Penulis gratis
-
Pembaca harus berlangganan atau membeli akses
-
Umum pada penerbit besar seperti Elsevier atau Springer.
-
-
Hybrid Access
-
Penulis bisa memilih: bayar agar artikelnya open access, atau gratis dengan sistem closed access.
-
Fleksibel tergantung ketersediaan dana penelitian atau sponsor.
-
Strategi Publikasi Cerdas untuk Akademisi
Agar tidak terjebak dalam mitos biaya tinggi, akademisi perlu strategi publikasi yang tepat:
-
Gunakan Scimago Journal & Country Rank untuk memeriksa model akses jurnal.
-
Perhatikan simbol akses: kunci terbuka (Gold OA), kunci berlian (Diamond OA), tanpa simbol (Closed/Hybrid).
-
Cek langsung ke situs jurnal atau penerbit untuk memastikan kebijakan biaya. Jika ada perbedaan informasi, pilih jurnal yang transparan.
-
Manfaatkan dukungan dana riset atau hibah institusional untuk membiayai publikasi di jurnal open access.
-
Pilih jurnal bereputasi sesuai bidang agar publikasi lebih tepat sasaran dan berpeluang tinggi diterima.
Membangun Literasi Publikasi Ilmiah
Salah satu akar dari miskonsepsi publikasi mahal adalah rendahnya literasi akademik terkait penerbitan ilmiah. Akademisi perlu memahami bahwa:
-
Produksi jurnal ilmiah memerlukan biaya operasional (editor, reviewer, sistem manajemen).
-
Jika pembaca tidak membayar, maka penulis atau sponsor yang menanggung biaya.
-
Sistem langganan bukan berarti kapitalisme berlebihan, melainkan model bisnis agar kualitas tetap terjaga.
Kesimpulan
Publikasi di jurnal Scopus tidak selalu mahal. Justru banyak opsi gratis yang dapat dimanfaatkan, baik melalui skema closed access, hybrid access, maupun platinum open access. Dengan literasi publikasi yang lebih baik, strategi pemilihan jurnal yang tepat, serta dukungan institusional, akademisi Indonesia dapat berkontribusi lebih luas dalam forum ilmiah global tanpa terbebani mitos biaya tinggi.
Kini saatnya melihat Scopus sebagai ruang kontribusi ilmiah, bukan beban finansial.





Leave a Comment