HomeTutorials › Mengapa Ilmuwan Ini Berharap Anggaran Riset Negara Lebih Besar?

Mengapa Ilmuwan Ini Berharap Anggaran Riset Negara Lebih Besar?

Tedjo Sasmono, ilmuwan kebanggaan Indonesia yang baru saja meraih Habibie Prize 2025, punya pesan penting: anggaran riset dan pendidikan di negeri ini harus digenjot! Menurutnya, investasi yang lebih besar di bidang sains bukan cuma bikin inovasi makin menggila, tapi juga meningkatkan kesehatan masyarakat dan bikin Indonesia makin jagoan di dunia sains. Tanpa suntikan dana yang signifikan, Indonesia bisa ketinggalan jauh dalam persaingan global, terutama dalam mengatasi masalah kesehatan di masa depan.

Kenapa Anggaran Riset Itu Penting Banget?

Menurut Tedjo, dana riset dari pemerintah Indonesia masih tergolong “mini” kalau dibandingkan dengan negara-negara maju. Ia berharap, ke depannya, alokasi APBN untuk riset dan pendidikan bisa melonjak drastis. Tujuannya? Biar Indonesia punya fondasi yang kokoh sebagai negara berbasis sains. “Persentase APBN kita untuk riset itu masih kecil banget. Ini yang perlu kita naikin nantinya. Bukan cuma untuk riset aja ya, tapi juga untuk pendidikan,” ujarnya setelah menerima penghargaan di Gedung BJ Habibie, BRIN, Jakarta, Senin (10/11/2025) lalu.

Riset: Investasi Masa Depan Indonesia

Kalau anggaran riset naik, para ilmuwan bisa lebih leluasa melakukan penelitian yang lebih dalam dan inovatif. Ini artinya, bakal ada lebih banyak teknologi baru yang lahir, obat-obatan yang ditemukan, dan solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Selain itu, dana yang cukup juga bisa dipakai untuk membangun infrastruktur riset yang modern dan canggih. Jadi, para peneliti bisa bekerja dengan peralatan yang memadai, dan hasil penelitiannya pun jadi lebih berkualitas.

Kebijakan yang Berbasis Sains

Tedjo juga menekankan pentingnya data sains sebagai dasar dalam membuat kebijakan. Negara-negara maju sudah lama pakai cara ini, supaya keputusan yang diambil benar-benar berdasarkan bukti ilmiah yang kuat. “Kita bernegara juga harus science-based. Di negara-negara maju, science-based itu udah jadi patokan. Semuanya harus ada data sainsnya,” jelasnya. Dengan begitu, kebijakan yang dihasilkan bakal lebih efektif, tepat sasaran, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Baca Juga:  Systematic Literature Review: Strategi Efektif Meningkatkan Kualitas Publikasi Penelitian

Ilmu Pengetahuan: Kunci Kesejahteraan Masyarakat

Ilmu pengetahuan punya peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Coba lihat bagaimana pengembangan vaksin dan teknologi pengendalian penyakit bisa memberikan solusi untuk masalah kesehatan. Tedjo mencontohkan bagaimana pengembangan vaksin dengue dan penerapan teknologi Wolbachia sudah memberikan dampak positif dalam mengendalikan kasus demam berdarah dengue (DBD).

Vaksin Dengue: Senjata Ampuh Melawan DBD

Vaksin dengue sudah dilisensikan di Indonesia dan terbukti efektif menurunkan kasus penyakit ini. Uji klinis internasional menunjukkan, vaksin dengue bisa menurunkan hingga 70% kasus! Ini bukti nyata kalau investasi dalam riset vaksin bisa memberikan perlindungan yang signifikan bagi masyarakat dari penyakit menular.

Teknologi Wolbachia: Cara Jitu Kendalikan DBD

Teknologi Wolbachia, yang melibatkan intervensi bakteri pada nyamuk, juga menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam pengendalian DBD. Uji klinis di Yogyakarta menunjukkan teknologi ini bisa menurunkan kasus DBD hingga 77%! Program ini sudah dimulai sejak 2016 dan terus dikembangkan untuk memberikan perlindungan yang lebih luas. Menurut data Universitas Gadjah Mada (UGM), program ini jadi salah satu langkah penting dalam menekan angka penyebaran DBD.

Siap Hadapi Tantangan Kesehatan Global

Berkaca pada pandemi COVID-19, Tedjo menekankan pentingnya mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan kesehatan global di masa depan. Caranya? Dengan menyiapkan peneliti muda, mengembangkan infrastruktur riset, dan meningkatkan kemampuan dalam pengembangan vaksin dan diagnostik. “Waktu Covid dulu kita belajar banyak bahwa kita memang harus meningkatkan kemampuan kita, Indonesia, untuk mandiri menghadapi pandemi yang baru, misalnya,” ungkapnya.

Investasi pada Peneliti Muda dan Infrastruktur Riset

Menyiapkan peneliti muda adalah investasi jangka panjang yang akan memastikan keberlanjutan riset dan inovasi di Indonesia. Selain itu, pengembangan infrastruktur riset yang modern dan canggih juga sangat penting untuk mendukung kegiatan penelitian. Dengan punya peneliti muda yang berkualitas dan infrastruktur yang memadai, Indonesia akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan kesehatan di masa depan.

Baca Juga:  Kisah Inspiratif Muhana, Dokter Muda dengan Rekam Jejak Publikasi Scopus yang Bikin Kagum

Habibie Prize: Penyemangat Para Peneliti

Penghargaan Habibie Prize, yang diberikan oleh BRIN, menjadi penyemangat bagi para peneliti untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi bagi masyarakat. Penghargaan ini juga menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terjun ke dunia riset dan mengembangkan ilmu pengetahuan. “Ini rekognisi yang perlu diapresiasi untuk peneliti. Inilah yang menjadi penyemangat untuk kita semua,” ujar Tedjo Sasmono.

Tedjo Sasmono: Sang Ilmuwan Pejuang Demam Berdarah

Tedjo Sasmono sudah lebih dari 20 tahun mendedikasikan hidupnya untuk meneliti demam berdarah dengue (DBD) dan penyakit arbovirus lainnya. Fokus risetnya adalah pada epidemiologi molekuler dengue di Indonesia. Penelitiannya sudah memetakan peredaran empat serotip virus dengue di lebih dari 15 kota, mengungkap dinamika genetik virus, hingga mendeteksi peredaran virus Zika dan Chikungunya.

Kontribusi Nyata bagi Kesehatan Masyarakat

Hasil riset Tedjo Sasmono sudah jadi rujukan penting dalam penyusunan kebijakan kesehatan nasional hingga global. Ia juga terlibat dalam pengembangan teknologi diagnostik dan kandidat vaksin arbovirus. Selain itu, ia juga terlibat sebagai steering committee dalam uji coba penerapan nyamuk Wolbachia di Yogyakarta untuk upaya menekan transmisi demam berdarah secara signifikan.

Pengakuan Atas Dedikasi

Dedikasi dan kontribusi Tedjo Sasmono dalam dunia riset sudah diakui melalui berbagai penghargaan, antara lain Excellence Award dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2024, Newton Prize UK Indonesia 2019 Shortlist, dan Australia Awards Fellowship 2016. Ia juga termasuk dalam Top 2% Ilmuwan Teratas Dunia dari Stanford dan Elsevier sejak 2021.

Sekilas tentang Pendidikan Tedjo Sasmono

Tedjo Sasmono meraih gelar Sarjana Sains dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (1994, Cum Laude). Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Postgraduate Diploma in Science (PGDipSci) Bidang Biologi Molekuler di University of Queensland (1998), serta meraih gelar PhD bidang Biologi Molekuler dari Institute of Biology Molecular Bioscience (2003). Setelah menyelesaikan pendidikan doktoral, ia melanjutkan penelitian sebagai Postdoctoral Research Fellow di University of Queensland (2003-2004) dan Monash University (2004-2006).

Baca Juga:  Disertasi Bahlil Belum Final? Universitas Angkat Bicara Soal Validitasnya
✨ Produk Kami

Publikasikan Penelitian Anda di Jurnal Internasional & Nasional

Tingkatkan kredibilitas akademik Anda dengan mempublikasikan penelitian di jurnal terindeks bereputasi. Proses cepat, transparan, dan terpercaya.

Lihat Semua Produk

Leave a Comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja