Kabar baik datang dari dunia pendidikan tinggi Islam! Ilmuwan dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) berhasil menembus daftar ilmuwan top dunia versi Stanford-Elsevier. Sebuah pengakuan internasional yang dirilis Stanford University dan platform data Elsevier pada 19 September 2025 lalu, menandakan kualitas riset dan publikasi ilmiah di lingkungan PTKIN semakin diperhitungkan.
Ilmuwan PTKIN Unjuk Gigi di Panggung Dunia
Keberhasilan ini bukan sekadar torehan individu, tapi juga cerminan dari transformasi yang tengah terjadi di PTKIN. Upaya peningkatan mutu, pembiasaan publikasi bereputasi, serta jalinan kolaborasi internasional mulai menampakkan hasil yang menggembirakan.
Siapa Saja Lima Ilmuwan Terbaik dari PTKIN Itu?
Lima ilmuwan PTKIN yang berhasil masuk daftar bergengsi ini punya keahlian yang beragam, lho! Ini dia nama-namanya:
1. Prof. Maila Dinia Husni Rahiem dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau jagoan di bidang Pendidikan, Kecerdasan Buatan, dan Pemrosesan Citra (ilmu sosial).
2. Prof. Muhammad Siddiq Armia dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Kontribusinya ada di bidang Hukum dan Pendidikan.
3. Prof. Saiful Mujani, juga dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fokusnya pada bidang Sejarah dan Hubungan Internasional (ilmu sosial).
4. Prof. Mursyid Djawas dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Beliau ini ahlinya dalam bidang Sejarah dan Studi Historis.
5. Dr. Habibis Saleh dari UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Spesialisasinya ada di Teknik Mesin & Transportasi, serta Energi (teknik).
Riset PTKIN Makin Berkelas!
Pencapaian ini jadi bukti nyata bahwa PTKIN mampu bersaing di level internasional dalam bidang riset. Tentu saja, ini didorong oleh banyak faktor, mulai dari peningkatan kualitas SDM, infrastruktur penelitian yang makin memadai, hingga dukungan dari berbagai pihak.
Bagaimana Sih Stanford-Elsevier Menilai Para Ilmuwan?
Daftar ilmuwan top dunia versi Stanford-Elsevier ini disusun dengan metodologi yang ketat dan transparan. Tim peneliti dari Stanford University, di bawah pimpinan Prof. John PA Ioannidis, menggunakan data dari Scopus dengan berbagai indikator standar. Beberapa di antaranya adalah sitasi, indeks H, pengaruh co-authorship, dan performa di sub-bidang. Data-data ini kemudian dipublikasikan melalui platform Elsevier.
Dari Satu Jadi Lima! Ada Apa?
Kerennya lagi, jumlah ilmuwan PTKIN yang masuk daftar ini terus meningkat. Pada tahun 2023 dan 2024, cuma ada satu nama, yaitu Prof. Maila Dinia Husni Rahiem. Tapi di tahun 2025, jumlahnya langsung melonjak jadi lima orang! Prof. Maila Dinia Husni Rahiem pun berhasil mempertahankan posisinya. Konsistensi selama tiga tahun berturut-turut ini menunjukkan rekam jejak publikasi yang solid dan dampak sitasi internasional yang signifikan.
Fondasi Penelitian yang Semakin Kokoh
Keberhasilan ini tentu saja bukan kebetulan. Ini adalah buah dari fondasi tata kelola penelitian yang kokoh yang sedang dibangun di PTKIN. Fondasi ini mencakup research road-mapping yang jelas, penguatan research ethics, unit pendampingan publikasi, serta kerja sama dengan penerbit dan asosiasi ilmiah.
Kemenag di Balik Layar Dukungan Riset PTKIN
Kementerian Agama (Kemenag) juga punya peran penting dalam mengembangkan riset di PTKIN. Dukungan pendanaan kompetitif, pendampingan penulisan, serta jejaring riset terus digalakkan agar dampak keilmuan dan kebermanfaatannya semakin luas. “Kita akan terus memperkuat dukungan pendanaan kompetitif, pendampingan penulisan, serta jejaring riset agar dampak keilmuan dan kebermanfaatannya semakin luas,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amin Suyitno, seperti dikutip dari laman resmi Kemenag.
Apa Sih Makna Strategis dari Pencapaian Ini?
Pencapaian ini punya makna strategis yang penting banget buat pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia. Pertama, ini memberikan legitimasi ilmiah internasional terhadap hasil riset yang dihasilkan oleh sivitas akademika PTKIN, karena diakui melalui metrik yang ketat dan berbasis data sitasi global. Kedua, ini bisa jadi pemicu semangat (efek pengganda) dalam kultur akademik. Dosen dan mahasiswa jadi termotivasi untuk menulis di jurnal bereputasi, berbagi data, dan membangun kolaborasi lintas disiplin. Ketiga, riset yang kuat akan meningkatkan mutu naskah kebijakan, kurikulum, serta inovasi pengabdian masyarakat yang berbasis bukti.
Target Kemenag: Riset PTKIN Harus Berdampak!
Ke depannya, Kemenag punya target yang lebih tinggi lagi. Riset yang dihasilkan PTKIN bukan cuma sekadar masuk daftar publikasi, tapi juga memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia. Berbagai program prioritas pun disiapkan, seperti penguatan kolaborasi riset nasional-global, open science, literasi data dan AI untuk riset, serta peningkatan kualitas grant-writing dan research visibility. “Kami mendorong standarisasi data riset dan research management yang akuntabel di semua PTKIN, sehingga hasilnya terukur di indeks global,” jelas Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Arskal Salim.
Dengan dukungan yang berkelanjutan, PTKIN punya potensi besar untuk jadi pusat unggulan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Langkah selanjutnya? Memperluas skema penelitian, termasuk research clinic, mentoring publikasi bereputasi, dan hibah kolaboratif lintas kampus serta lintas negara. “Ini adalah langkah strategis untuk masa depan,” ujar Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron.




Leave a Comment