Mengatasi Maraknya Jurnal Predator: Tantangan dan Solusi untuk Pendidikan Indonesia

Rifainstitute – Indonesia menghadapi masalah serius dalam dunia pendidikan dengan semakin banyaknya jurnal predator. Jurnal-jurnal ini mengabaikan proses peninjauan ilmiah yang baik dan benar, mengakibatkan berbagai dampak negatif terhadap kredibilitas dan kualitas penelitian di negara kita. Berdasarkan pernyataan Ahmad Najib Burhani, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia bahkan tercatat sebagai salah satu negara dengan jumlah jurnal predator terbanyak di dunia, hanya kalah dari Kazakhstan.

Apa Itu Jurnal Predator?

Jurnal predator adalah jenis publikasi ilmiah yang tampaknya profesional, tetapi tidak menjalankan proses peninjauan sejawat (peer review) atau penyuntingan dengan standar yang baik. Jurnal ini sering kali memungut biaya publikasi langsung kepada penulis, tanpa memberikan proses seleksi atau verifikasi yang memadai. Hal ini jelas merupakan ancaman, tidak hanya bagi dunia pendidikan tetapi juga bagi bidang profesional lainnya.

Dalam sebuah forum yang diselenggarakan Pusat Riset Pendidikan (Pusrisdik) BRIN, Najib menyebut bahwa jurnal predator dapat menormalkan penipuan akademik, plagiarisme, hingga memberikan pengakuan palsu atas penelitian yang sebenarnya tidak layak dipublikasikan.

Dampak Buruk Jurnal Predator pada Pendidikan dan Profesi

Jurnal predator bukan hanya merusak integritas pendidikan, tetapi juga bisa membahayakan profesi yang berhubungan dengan nyawa manusia, seperti kedokteran. “Bayangkan jika jurnal predator ini masuk ke dunia kedokteran, yang mengandalkan rekomendasi riset yang ternyata palsu,” ujar Najib. Situasi ini dapat menyebabkan bahaya serius pada keselamatan pasien dan mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap hasil penelitian.

Tidak hanya di Indonesia, fenomena ini juga berdampak global. Bahkan di negara seperti Peru, pemerintah mereka telah mengimbau para peneliti untuk berhati-hati dalam bekerja sama dengan institusi atau peneliti Indonesia karena prevalensi jurnal predator yang tinggi.

Baca Juga:  Strategi Menonjolkan Publikasi Jurnal di CV untuk Karier yang Lebih Cemerlang

Permintaan BRIN untuk Penanganan yang Lebih Serius

BRIN telah mengusulkan agar pemerintah Indonesia, terutama kementerian yang akan datang seperti Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), memperhatikan dan menindaklanjuti masalah ini. Menurut Najib, fokus Kemendiktisaintek bisa diarahkan untuk memperbaiki publikasi ilmiah dan mendorong kualitas penelitian yang lebih kredibel. Ini akan meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat internasional dan mencegah negara kita dari label “kredibilitas rendah” dalam publikasi ilmiah.

Tantangan Sistemik dalam Pendidikan dan Dunia Kerja

Anggi Afriansyah, peneliti dari Pusat Riset Kependudukan BRIN, menyoroti permasalahan lain dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia menyatakan bahwa pendidikan kita mengalami “benang kusut” yang mempengaruhi lapangan kerja, terutama bagi generasi muda yang semakin sulit mendapatkan pekerjaan.

Anggi mencatat perlunya keterkaitan yang kuat antara pendidikan dan dunia kerja agar para lulusan siap menghadapi pasar kerja. Kondisi ini juga diperparah dengan situasi transisi demografi yang sedang dihadapi Indonesia, di mana jumlah angkatan kerja terus bertambah tanpa adanya kesempatan kerja yang memadai.

Rekomendasi Berbasis Nilai Pancasila

Sebagai langkah preventif, Anggi menyarankan agar pendidikan di Indonesia berbasis pada nilai-nilai Pancasila. Penerapan pendidikan yang mengedepankan nilai luhur ini dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga beretika dan bertanggung jawab.

Namun, Anggi menyoroti bahwa implementasi berbagai kebijakan pendidikan sering kali masih kurang optimal. Kebijakan yang telah dirancang melalui peta jalan pendidikan belum sepenuhnya diterapkan dengan baik di lapangan, sehingga manfaatnya belum maksimal.

Pentingnya Sinergi Antar-Kebijakan

Pendidikan tidak bisa berdiri sendiri. Menurut Anggi, kebijakan pendidikan harus mempertimbangkan juga bidang lain seperti kesehatan, ketenagakerjaan, dan kependudukan. Sinergi lintas sektor ini sangat penting agar pendidikan dapat berjalan sejalan dengan sektor lainnya.

Baca Juga:  Tips Meraih IPK Sempurna dan Publikasi Ilmiah dari Rochmatulloh Alaika, Lulusan Berprestasi Unej

Contoh nyata adalah bagaimana koordinasi antara tiga kementerian sering kali menjadi tantangan tersendiri. Tantangan ini mencerminkan bahwa kebijakan pendidikan yang berfokus pada kolaborasi perlu diperkuat agar bisa lebih efektif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat konstitusi.

Indonesia saat ini menghadapi ancaman nyata dari jurnal predator yang menghambat perkembangan dunia akademik dan menurunkan kredibilitas penelitian di mata internasional. BRIN telah menyuarakan keprihatinan ini dan meminta pemerintah untuk bertindak lebih serius dalam mengatasi permasalahan ini. Selain itu, perlu adanya peninjauan menyeluruh terhadap kebijakan pendidikan agar dapat mengakomodasi kebutuhan dunia kerja dan melibatkan sinergi dengan sektor-sektor lain.

Dengan langkah-langkah yang tepat dan implementasi yang baik, Indonesia dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian sehingga mampu bersaing di kancah global. Mari kita dorong bersama upaya untuk membasmi jurnal predator dan memperkuat sistem pendidikan Indonesia demi masa depan yang lebih baik. Rifainstitute

Jangan Lupa Ikuti Kami di Google News

Total
0
Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *