Rifainstitute – Dunia akademik Indonesia tengah dihadapkan pada tantangan besar dalam pengelolaan jurnal ilmiah. Meski publikasi terus meningkat secara kuantitas, kualitasnya seringkali dipertanyakan. Fenomena ini menjadi sorotan khusus di tengah dominasi negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, yang lebih unggul dalam hal inovasi dan publikasi berkualitas. Melalui artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah strategis untuk mendorong peningkatan kualitas jurnal ilmiah di Indonesia.
Tantangan Utama Publikasi Ilmiah di Indonesia
Indonesia menempati peringkat ke-54 dalam Global Innovation Index 2024, jauh di bawah Singapura dan Malaysia. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian khusus terhadap kualitas publikasi ilmiah. Beberapa tantangan utama yang dihadapi meliputi:
- Fokus pada Kuantitas
Sistem SINTA memberikan insentif berdasarkan jumlah publikasi. Jurnal Q1 dan Q2 mendapatkan skor lebih tinggi dibandingkan jurnal Q3 dan Q4. Namun, banyak peneliti lebih berorientasi pada jumlah daripada kualitas, sehingga peer review sering diabaikan. - Biaya dan Proses yang Kompleks
Menulis dan mempublikasikan jurnal berkualitas membutuhkan biaya besar serta waktu yang tidak sedikit. Banyak peneliti akhirnya memilih jalan pintas demi memenuhi target institusi. - Beban Tri Dharma
Dosen harus menyeimbangkan tugas mengajar, meneliti, dan mengabdi, yang seringkali mengorbankan waktu untuk menghasilkan penelitian bermutu.
Strategi Meningkatkan Kualitas Jurnal Ilmiah
Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa langkah strategis perlu dilakukan. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan:
Kebiasaan menulis yang konsisten adalah kunci utama. Program seperti UNAIR Menulis dan Scientific Writing Masterclass dapat menjadi contoh efektif dalam membangun budaya menulis di kalangan akademisi.
2. Pendampingan Penelitian
Pendampingan dalam penyusunan naskah hingga publikasi sangat penting. Langkah ini membantu memastikan bahwa penelitian memenuhi standar internasional, termasuk yang diperlukan untuk terindeks Scopus.
3. Pemberian Insentif Berbasis Kualitas
Selain memberikan insentif finansial, fokus pada kualitas harus menjadi prioritas. Misalnya, memberikan penghargaan tambahan untuk publikasi di jurnal Q1 dan Q2 dibandingkan hanya mengejar jumlah publikasi.
4. Kolaborasi Internasional
Menggandeng institusi luar negeri dapat membuka peluang untuk meningkatkan standar penelitian. Kolaborasi ini dapat mencakup bimbingan, seminar internasional, hingga publikasi bersama.
5. Peningkatan Kapasitas Dosen
Melalui pelatihan intensif, seperti Bootcamp Percepatan Indeks Buku Scopus, kapasitas dosen dalam menghasilkan penelitian bermutu dapat ditingkatkan. Pendekatan ini juga harus didukung dengan pengurangan beban kerja non-akademik.
Studi Kasus: Universitas Airlangga (UNAIR)
UNAIR telah menjadi salah satu contoh sukses dalam upaya meningkatkan kualitas jurnal ilmiah. Dengan lebih dari 3.000 publikasi per tahun, UNAIR fokus pada pendekatan holistik, termasuk:
- Program pendampingan intensif seperti Writing Masterclass dan Kupas Sitasi.
- Pendanaan penelitian yang disertai arahan untuk memaksimalkan hasil publikasi.
- Komitmen terhadap mutu dengan 23 jurnal terakreditasi SINTA dan 16 jurnal terindeks Scopus.
Dampak Positif
UNAIR membuktikan bahwa peningkatan kualitas bukan hanya mimpi. Melalui pendekatan bertahap dan konsisten, mereka berhasil menciptakan ekosistem akademik yang mendukung penelitian berkualitas tinggi.
Peningkatan kualitas jurnal ilmiah di Indonesia memerlukan komitmen jangka panjang, baik dari pemerintah, institusi pendidikan, maupun para peneliti. Dengan fokus pada pengembangan kapasitas, pendampingan, dan insentif berbasis kualitas, kita dapat menjadikan publikasi ilmiah Indonesia lebih kompetitif di kancah internasional. Mari bersama membangun budaya riset yang mengedepankan mutu demi masa depan akademik yang lebih gemilang. Rifainstitute
Jangan Lupa Ikuti Kami di Google News