HomeTutorials › Otak Kanan Lebih Kreatif dari Otak Kiri? Mitos Atau Fakta, Ya?

Otak Kanan Lebih Kreatif dari Otak Kiri? Mitos Atau Fakta, Ya?

Sering dengar kalau orang kreatif itu otak kanannya lebih dominan, sementara yang jago logika dan analisis, otak kirinya yang main peran? Tapi, bener gak sih anggapan kayak gitu? Apakah memang ada orang yang “otak kanan banget” atau “otak kiri banget”? Yuk, kita bedah lebih dalam, mana mitos dan mana fakta!

Otak Kanan vs Otak Kiri: Cuma Mitos Belaka?

Dulu banget, ide tentang dominasi belahan otak ini populer banget. Kalau ada yang jago matematika atau sains, langsung deh dibilang “otak kiri banget,” sebaliknya, yang artistik dan kreatif, dibilang “otak kanan banget.” Sampai-sampai, ada aja industri yang nawarin buku, tes kepribadian, sampai terapi segala buat maksimalkan potensi salah satu belahan otak. Tapi, emang beneran begitu cara kerjanya?

Ternyata, gagasan ini lebih ke mitos, lho. Memang sih, setiap orang punya bakat dan kepribadian unik, tapi perbedaan itu gak bisa disimpulin cuma dari dominasi satu sisi otak aja. Soalnya, penelitian modern yang pakai teknologi canggih buat lihat otak, belum nemuin bukti yang mendukung ide itu.

Coba deh kita pikirin, matematika aja deh. Memang butuh logika, yang biasanya diasosiasikan sama otak kiri. Tapi, matematika juga butuh kreativitas tinggi, kan? Nah, kalau matematikawan yang jago itu, lebih dominan otak kanan atau kiri hayo? Sama juga kayak seni, yang seringkali butuh pemikiran yang ketat dan presisi, bukan cuma emosi aja.

“Anggapan bahwa seseorang didominasi oleh otak kanan atau kiri itu terlalu disederhanakan. Otak manusia itu kayak jaringan kompleks, kedua belahannya kerja bareng buat berbagai fungsi,” jelas Dr. Amelia Ratri, seorang ahli saraf dari salah satu rumah sakit pendidikan terkenal di Jakarta, waktu diwawancarai.

Baca Juga:  Rahasia Awet Muda? Ternyata Belajar Bahasa Asing Itu Kunci!

Belajar dari Ilmu Pengetahuan yang Sebenarnya

Mitos ini, kayak mitos-mitos lainnya, muncul dari secuil ilmu pengetahuan yang akurat. Memang, otak kanan dan kiri punya spesialisasi dalam tugas tertentu, tapi pembagian kerjanya jauh lebih kompleks dari yang sering digambarkan.

Pengetahuan kita tentang ini sebagian besar berasal dari studi pasien split-brain. Dulu, sekitar tahun 1940-an, dokter nemuin kalau memutus corpus callosum (berkas serabut saraf yang menghubungkan kedua belahan otak), bisa mengurangi kejang pada pasien epilepsi yang gak mempan diobatin. Prosedur ini sih udah jarang banget dilakuin sekarang, karena udah ada obat dan perawatan baru yang lebih efektif.

Biasanya, setelah operasi, pasien masih kelihatan normal aja fungsi intelektual dan emosionalnya, cuma ada gangguan ringan yang kelihatan. Tapi, kalau diperiksa lebih dalam, baru deh kelihatan defisit spesifik dalam persepsi dan kognisi. Intinya, otak kanan lebih jago dalam tugas-tugas spasial (yang berhubungan dengan ruang), sementara otak kiri jadi pusat bahasa dan pemecahan masalah.

“Penelitian pada pasien split-brain memang penting buat tahu tentang spesialisasi hemisfer, tapi ingat, kondisi ini jarang banget dan gak mencerminkan fungsi otak orang normal,” kata Prof. Budi Santoso, seorang peneliti senior di bidang neurosains dari sebuah universitas negeri di Jawa Tengah. “Pada orang yang otaknya utuh, kedua belahan otak itu terus-menerus komunikasi dan kerja sama.”

Data terbaru dari studi pencitraan otak nunjukkin kalau aktivitas otak itu tersebar di kedua belahan otak, bahkan buat tugas-tugas yang keliatannya khusus banget. Misalnya, aktivitas bahasa gak cuma ada di otak kiri aja, tapi juga melibatkan area di otak kanan, terutama dalam hal pemahaman metafora dan intonasi.

Baca Juga:  Yuk, Kupas Tuntas Artikel Ilmiah Populer! Ini Lho Ciri-ciri dan Contohnya

Kenapa Sih Banyak yang Percaya Mitos Otak Kanan dan Kiri?

Kalau emang gak ada bukti kuat yang mendukung mitos dominasi otak kanan dan kiri, kenapa ya ide ini masih aja populer? Alasannya mirip kayak kenapa orang percaya horoskop atau tes kepribadian lainnya.

Salah satu faktornya adalah Barnum effect, atau dikenal juga sebagai Forer effect. Efek ini terjadi waktu seseorang dikasih pernyataan deskriptif yang generik, terus dia nganggep pernyataan itu akurat buat deskripsi kepribadiannya sendiri, apalagi kalau pernyataannya positif. Mitos otak kanan-kiri juga gitu. Deskripsinya generik tapi bikin orang merasa “wah, ini gue banget!”, jadi gampang diterima.

Mitos ini populer karena nawarin cara yang keliatan “ilmiah” buat ngomongin diri sendiri. Orang emang cenderung suka sama ide yang mengkonfirmasi pandangan mereka tentang diri mereka sendiri. Selain itu, ide tentang potensi tersembunyi yang bisa diungkapin dengan maksimalkan belahan otak tertentu, kedengeran menarik, kan?

Terus, karena idenya sederhana, jadi gampang dimengerti dan dibagikan. Di dunia yang kompleks dan serba cepat kayak sekarang, orang sering nyari penjelasan yang sederhana dan gampang diingat, meskipun penjelasannya gak sepenuhnya akurat.

Padahal, penting banget buat diingat kalau otak itu organ yang kompleks dan dinamis. Kalau mau ningkatin keterampilan kognitif dan kreativitas, kita butuh pendekatan holistik yang melibatkan berbagai faktor, kayak nutrisi yang baik, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan stimulasi mental yang berkelanjutan. Jangan cuma ngandelin mitos tentang dominasi otak kanan atau kiri sebagai solusi cepat, itu mah salah dan gak efektif.

Intinya, anggapan tentang dominasi otak kanan atau kiri itu cuma mitos. Otak manusia itu kerja secara terpadu, dan kedua belahannya saling melengkapi. Kalau kita paham kompleksitas otak dan pakai strategi yang berbasis bukti, kita bisa maksimalkan potensi kognitif dan kreatif kita. Semoga ke depannya, penelitian lebih lanjut di bidang neurosains bisa ngasih kita pemahaman yang lebih dalam tentang cara kerja otak, dan gimana caranya kita bisa optimalkan fungsinya secara efektif.

Baca Juga:  Kisah Inspiratif Rifki, Raih Gelar Wisudawan Terbaik dengan 7 Karya Ilmiah!
✨ Produk Kami

Publikasikan Penelitian Anda di Jurnal Internasional & Nasional

Tingkatkan kredibilitas akademik Anda dengan mempublikasikan penelitian di jurnal terindeks bereputasi. Proses cepat, transparan, dan terpercaya.

Lihat Semua Produk

Leave a Comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja