HomeTutorials › Sarah Akhirnya Bebas Skripsi Berkat Publikasi Scopus, Ini Kisahnya!

Sarah Akhirnya Bebas Skripsi Berkat Publikasi Scopus, Ini Kisahnya!

Sarah Annisa Fadhila, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), punya cara unik untuk meraih gelar sarjana. Alih-alih berkutat dengan skripsi, ia justru memilih jalur publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi, Scopus. Bagaimana kisahnya? Yuk, simak!

Bye-bye Skripsi, Hello Publikasi!

Kabar baik datang dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Sejak Agustus 2023, mahasiswa diberi opsi untuk lulus tanpa skripsi! Caranya beragam, mulai dari publikasi jurnal ilmiah, membuat prototipe inovatif, meraih prestasi di kompetisi, atau menghasilkan karya lain yang relevan dengan bidang studinya.

Kebijakan ini disambut antusias, termasuk oleh Sarah. Ia melihatnya sebagai peluang emas untuk menyalurkan hobinya meneliti. Daripada pusing dengan skripsi konvensional, Sarah fokus menghasilkan riset berkualitas yang layak terbit di jurnal ilmiah. Hasilnya? Ia meraih gelar sarjana dengan cara yang tak biasa dan pengalaman berharga.

Awal Mula Ketertarikan Sarah pada Penelitian

Riset Sejak Semester Awal

Perjalanan Sarah meraih kelulusan tanpa skripsi bukan instan. Ia sudah mulai meneliti sejak semester 4, jauh sebelum kebijakan Kemendikbudristek berlaku. Ketertarikannya ini didukung penuh oleh dosen pembimbingnya. Sarah diajak terlibat dalam berbagai proyek riset dosennya.

“Awalnya diajak dosen bantu-bantu riset. Dari situ, aku jadi tertarik dan belajar banyak soal metodologi penelitian,” cerita Sarah saat dihubungi via telepon, Rabu (15/05/2024).

Beberapa riset yang dikerjakannya bersama dosen berhasil terbit di jurnal nasional terakreditasi Sinta. Pengalaman ini memantapkan tekad Sarah untuk memilih publikasi ilmiah sebagai pengganti skripsi. Ia merasa lebih termotivasi menghasilkan karya yang bermanfaat bagi dirinya dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Mengenal Lebih Dekat Scopus

Apa sih, Scopus itu?

Di UPI, mahasiswa yang ingin lulus tanpa skripsi via publikasi ilmiah punya syarat khusus: karyanya harus terbit di jurnal Scopus. Nah, Scopus ini adalah database sitasi dan literatur ilmiah terbesar di dunia. Jurnal yang terindeks Scopus dianggap punya reputasi tinggi dan kredibel.

Baca Juga:  Mahasiswa & Dosen Merapat, Taspen Bagi-Bagi Hadiah Puluhan Juta Lewat Lomba Karya Tulis!

Jurnal di Scopus dikelompokkan jadi empat tingkatan kualitas: Q1, Q2, Q3, dan Q4. Jurnal Q1 dianggap yang terbaik. Scopus mencakup lebih dari 22.000 jurnal dari berbagai bidang ilmu.

Tentu saja, menerbitkan artikel di Scopus bukan perkara mudah. Proses seleksi ketat, peer-review mendalam, dan standar kualitas tinggi jadi tantangan tersendiri. Sarah pun sadar akan hal ini. Ia mempersiapkan diri dengan matang, memastikan risetnya orisinal, metodologinya kuat, dan hasilnya signifikan.

Jurnal Scopus juga punya persyaratan teknis, seperti batas maksimal plagiarisme (biasanya di bawah 15%) dan jumlah referensi yang memadai (minimal 20). Sarah memastikan risetnya memenuhi semua syarat agar bisa diterima.

Karya Ilmiah Sarah yang Membanggakan

Kerja keras Sarah membuahkan hasil. Ia berhasil menerbitkan beberapa karya ilmiah di jurnal Scopus, bahkan ada yang tembus jurnal Q1! Berikut beberapa karya Sarah yang membantunya lulus tanpa skripsi:

* “Constructing Fame: A Phenomenological Study of Online Impression Management Among Indonesia TikTok Celebrities”, Q1 (Juni 2024) di jurnal Scopus. Penelitian ini membahas tentang bagaimana selebriti TikTok Indonesia membangun citra diri di dunia maya.
* “Online Impression Management on LinkedIn: Phenomenological Study Among Indonesian Fresh Graduates”, Q3 (April 2024) di jurnal Scopus. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana lulusan baru di Indonesia mengelola kesan diri mereka di LinkedIn.
* “Management of Cross Cultural Communication Barriers for Indonesian Migrant Workers in South Korea”, Sinta 2 (Mei 2024). Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana pekerja migran Indonesia di Korea Selatan mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya.
* “Zillenials, Social Media and Artificial Intelligence: A Survey on West Java’s Digital Natives”, Sinta 2 (Juni 2024). Penelitian ini meneliti tentang bagaimana generasi Z di Jawa Barat menggunakan media sosial dan kecerdasan buatan.
* “Pengelolaan Kesan Daring dalam Meraup “Cuan”. Studi Fenomenologi pada Influencer TikTok di Indonesia”, Sinta 3 (September 2024). Penelitian ini mengupas tentang bagaimana influencer TikTok di Indonesia mengelola kesan diri mereka untuk mendapatkan penghasilan.

Baca Juga:  Bahlil Lahadalia Disanksi Kampus, Kenapa Ya?

Keberhasilan Sarah menerbitkan karya ilmiah di Scopus tak hanya membanggakan dirinya, tapi juga mengharumkan nama UPI. Ia berharap kisahnya menginspirasi mahasiswa lain untuk berani mengambil tantangan dan menghasilkan karya bermanfaat bagi masyarakat.

Itulah kisah inspiratif Sarah. Tertarik mengikuti jejaknya? Bagi kamu yang ingin lulus tanpa skripsi melalui publikasi ilmiah, persiapkan diri dengan baik, lakukan riset berkualitas, dan jangan takut berkolaborasi dengan dosen pembimbing. Kesempatan terbuka lebar bagi mereka yang punya semangat dan dedikasi. Teruslah berkarya dan berkontribusi positif bagi kemajuan ilmu pengetahuan!

✨ Produk Kami

Publikasikan Penelitian Anda di Jurnal Internasional & Nasional

Tingkatkan kredibilitas akademik Anda dengan mempublikasikan penelitian di jurnal terindeks bereputasi. Proses cepat, transparan, dan terpercaya.

Lihat Semua Produk

Leave a Comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja