Duh, kabar buruk lagi datang dari dunia konservasi! Daftar spesies yang hilang dari muka bumi di tahun 2025 makin panjang, dan ironisnya, Australia jadi salah satu penyumbang terbanyak. Data ini dirilis oleh IUCN, organisasi yang fokus banget soal konservasi alam sedunia. Mereka menyoroti gimana perubahan iklim, makin menyusutnya habitat alami, dan berbagai faktor lain bener-bener ngancurin keanekaragaman hayati. Laporan yang keluar tanggal 10 Oktober 2025, pasca Kongres Konservasi Dunia IUCN di Abu Dhabi, ngebahas soal anjing laut Arktik yang kondisinya makin memprihatinkan, populasi setengah spesies burung di dunia yang menurun drastis, tapi untungnya ada sedikit angin segar soal populasi penyu hijau yang justru naik. Tapi ya gitu deh, di antara kabar baik, tetep aja ada berita sedih soal nambahnya daftar spesies yang dinyatakan punah.
Spesies-Spesies Baru yang Sayangnya Harus Pamit dari Bumi
IUCN Red List tahun 2025 mencatat ada 172.620 spesies, dan dari jumlah itu, 48.646 di antaranya udah genting banget, terancam punah. Dari ribuan spesies yang dipantau, ada enam spesies yang nasibnya paling tragis: masuk kategori punah. Ini bener-bener tamparan keras buat kita, ngingetin betapa rapuhnya ekosistem bumi dan betapa kita butuh tindakan konservasi yang lebih jitu.
1. Tikus Tanah Pulau Christmas, Selamat Tinggal…
Crocidura trichura, atau Tikus Tanah Pulau Christmas, ini hewan asli alias endemik Pulau Christmas di Australia. Sayangnya, si kecil ini terakhir keliatan tahun 1980-an. Setelah dicari ke sana kemari, IUCN akhirnya resmi nyatain tikus ini punah di tahun 2025.
Menurut Mongabay, tikus ini punya ciri khas warna hitam dengan bulu yang lembut banget dan hidungnya mancung. Beratnya cuma sekitar 5-6 gram aja. Rumah alaminya itu di antara akar-akaran dan tumpukan daun di hutan pulau itu. Dulu, malem-malem sering kedengeran suara teriakan tipis melengking dari tikus ini.
Kepunahan Tikus Tanah Pulau Christmas ini bikin Australia kehilangan mamalia ke-39. Tahun 2024 aja, kadal hutan dan kelelawar pipistrelle dari Pulau Christmas juga udah duluan dinyatakan punah. Hilangnya habitat, dimangsa sama spesies pendatang, dan kalah saing sama spesies lain jadi penyebab utama populasi hewan-hewan ini merosot tajam.
2. Nasib Tragis Si Siput Kerucut
Conus lugubris, spesies siput kerucut laut, juga bernasib sama kayak Tikus Tanah Pulau Christmas. Hewan ini udah gak keliatan lagi sejak akhir 1980-an dan akhirnya dinyatakan punah tahun 2025. Siput kerucut ini predator yang punya bisa, bahkan bisa nyengat manusia lho.
Ukuran cangkangnya gak terlalu besar, cuma sekitar 1-2,4 cm. Cangkangnya punya alur halus dan kasar di bagian bawahnya. Warnanya cokelat kehitaman dengan bintik-bintik putih kecil. Dulu, siput ini gampang banget ditemuin di Pantai Matiota, Sao Vincente, Cape Verde Afrika. Tapi, perubahan lingkungan dan hilangnya habitat udah bikin dia punah.
3. Burung Curlew Berparuh Ramping, Kenangan yang Memudar
Numenius tenuirostris, atau Burung Curlew Berparuh Ramping, ini burung pantai yang suka migrasi. Terakhir kali burung ini kecatet ada di Maroko tahun 1995. Badannya kecil, panjangnya 36-41 cm dan lebar sayapnya 77-88 cm. Bagian atas badannya cokelat keabu-abuan, sedangkan pantat dan punggungnya warnanya agak keputihan.
Makanan burung ini invertebrata kecil di lumpur yang lembek. Di akhir abad ke-20, diperkirakan populasinya udah kurang dari 50 ekor. Penampakan terakhir yang bener-bener terverifikasi itu di Maroko tahun 1995. Kenapa populasinya turun drastis masih belum jelas, tapi kemungkinan besar karena hilangnya habitat dan perburuan. Usaha konservasi udah dilakuin selama beberapa dekade terakhir, tapi sayangnya gak berhasil nyelamatin spesies ini.
4. Diospyros angulata, Si Misterius yang Hilang
Diospyros angulata ini jenis tanaman yang masih satu keluarga sama pohon eboni. Terakhir kali tanaman ini ditemuin itu di awal tahun 1850-an. Karena kurangnya data, susah banget buat ngejelasin detail soal tanaman ini. Hilangnya habitat alami dan perubahan iklim diduga jadi penyebab kepunahannya.
5. Tiga Mamalia Australia Ikut Menyusul
Tiga spesies mamalia Australia lainnya juga harus dinyatakan punah: marl (Perameles myosuros), bandicoot belang tenggara (Perameles notina), dan bandicoot berpalang Nullarbor (Perameles papillon). Ketiganya ini spesies bandicoot, sejenis marsupial alias hewan berkantung asli Australia.
Perameles myosuros ini hewan asli Australia bagian selatan. Informasi soal kepunahannya gak banyak yang nyatet. Tapi, kemungkinan besar dimangsa sama kucing dan rubah liar, ditambah hilangnya habitat, jadi penyebab utamanya. Hilangnya keanekaragaman hayati di Australia ini bener-bener bikin ilmuwan dan aktivis konservasi khawatir.
6. Tanaman Asli Kepulauan Hawaii yang Ikut Berduka
Delissea sinuata, tanaman asli Kepulauan Hawaii, juga masuk daftar punah IUCN 2025. Ini pertama kalinya tanaman ini masuk Daftar Merah IUCN. Delissea sinuata ini tumbuhan perdu dari keluarga Campanulaceae, asalnya dari wilayah tropis basah di Kepulauan Hawaii (Oahu barat).
Tanaman ini dikenal dengan sebutan “waianae range delissea” dalam bahasa Inggris. Nama ilmiahnya pertama kali dipublikasiin sama botanis William (Wilhelm) Hillebrand tahun 1888. Dugaan penyebab kepunahannya karena hilangnya habitat gara-gara pembangunan dan invasi spesies asing.
Kepunahan spesies-spesies ini jadi pengingat betapa pentingnya kita ngejaga kelestarian alam. Perubahan iklim, hilangnya habitat, polusi, dan invasi spesies asing ini ancaman serius buat keanekaragaman hayati global. Tindakan konservasi yang lebih efektif dan berkelanjutan itu udah harga mati buat mencegah spesies lain ikut nyusul punah di masa depan. Kita butuh kerja sama global buat ngelindungin planet ini dan mastiin semua spesies bisa terus bertahan hidup.





Leave a Comment