Pada artikel kali ini akan membahas mengenai berbagai macam tantangan dosen untuk naik jabatan fungsional. Untuk itu simak pembahasannya dibawah ini.
1. Adanya Tugas Tambahan
Tugas tambahan di profesi dosen mengarah pada jabatan struktural. Misalnya dosen menjadi dekan, wakil dekan, rektor dan lain sebagainya.
Tugas tambahan yang dimiliki kadang kala membuat dosen menerima lebih banyak tugas dan tanggung jawab.
Kondisi ini bisa membuat dosen kewalahan dalam melakukan manajemen waktu. Sehingga ada beberapa yang harus direlakan.
Ada kalanya dosen harus merelakan dulu jabatan fungsional supaya bisa melaksanakan tanggung jawab di tugas tambahan. Tetapi, jika sekiranya kedua jenis tugas ini bisa berjalan beriringan maka bisa dijadikan pilihan utama.
2. Publikasi yang Kurang Tepat
Dalam tugas pokok penelitian, dosen selain melaksanakan penelitian juga wajib mempublikasikan hasil penelitian.
Publikasi ini bisa dalam bentuk artikel ke jurnal ataupun prosiding, bisa juga menerbitkan buku ilmiah. Seperti monograf, referensi dan lain sebagainya.
Topik penelitian akan menghasilkan topik publikasi. Topik ini idealnya harus sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni dosen, yaitu disesuaikan dengan gelar pendidikan atau ijazah yang diraih.
Sayangnya, tidak sedikit dosen yang justru melakukan publikasi kurang tepat. Contohnya seperti dosen ini lulusan S3 ilmu manajemen pendidikan dan mempublikasikan tulisan dengan topik pendidikan Islam (Islamic Study).
Publikasi yang keluar dari bidang menghambat dosen untuk naik jabatan fungsional, khususnya ke jabatan fungsional guru besar.
3. Belum Mempunyai Roadmap Penelitian
Roadmap penelitian bisa menjadi senjata bagi dosen untuk terus mengembangkan karir akademiknya. Karena dengan roadmap atau peta jalan inilah dosen sudah bisa menyusun rencana penelitian secara lengkap.
Sehingga dosen bisa produktif melaksanakan penelitian dan disusul dengan proses publikasi dan pengabdian kepada masyarakat.
Sayangnya tidak sedikit dosen yang masih belum bisa atau masih belum menyadari pentingnya peta jalan penelitian.
Berharap bisa terbentuk sambil jalan, padahal jika dipersiapkan sejak awal maka akan memberi jaminan konsistensi.
Maka dari itu, jika mempunyai waktu luang pertimbangkan untuk menyusun peta jalan penelitian. Sehingga kedepannya tinggal dieksekusi dan bisa aktif mencari program dana hibah penelitian karena peta jalannya bisa menjadi penunjuk jalan terbaik.
4. Belum Menentukan Kepakaran
Dosen diharapkan bisa menjadi pakar di suatu bidang, maka ada kewajiban dan kebutuhan untuk kuliah sampai jenjang S3.
Kepakaran ini membantu dosen menguasai suatu bidang keilmuan dengan baik dan kedepan bisa menciptakan teori baru di bidang tersebut.
Sehingga mampu berkontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sayangnya, tidak sedikit dosen di dalam karirnya masih bingung dalam menentukan kepakaran.
Kondisi ini bisa menghambat kenaikan jabatan fungsional dan karir dosen bisa stagnan. Apalagi proses menjadi pakar tidak bisa diraih dalam tempo singkat.
5. Regulasi yang Penuh Tantangan
Dosen dalam mengembangkan karir akademiknya juga sering berhadapan dengan regulasi yang penuh tantangan.
Regulasi seperti ini menjadi tantangan dosen untuk naik jabatan fungsional dan bisa memberi efek jangka panjang.
Regulasi ini sendiri ditentukan atau ditetapkan oleh pemerintah bersama Kemdikbud dan masa berlakunya sangat lama. Walaupun profesi dosen sering berhadapan dengan regulasi yang berubah-ubah. Tetapi masa berlakunya bisa 5-10 tahun.
Jika menunggu regulasi berubah menjadi lebih ringan maka ada jeda waktu 10 tahun dan harus siap karir stagnan.
Ditambah regulasi terbaru belum tentu lebih mudah dan lebih baik dibanding regulasi lama. Maka regulasi ini mau tidak mau harus dihadapi.
6. Homebase Bermasalah
Homebase yang dimaksud disini yaitu digunakan untuk menyebut institusi tempat dosen mengabdi dan diangkat menjadi dosen tetap.
Kebijakan dan kondisi lingkungan di sebuah homebase akan sangat mempengaruhi karir akademik dosen. Institusi yang cenderung acuh dengan karir akademik dosen-dosen yang dinaungi.
Tanpa disadari menjadi hambatan bagi dosen untuk berkembang. Maka dari itu, dosen memiliki PR untuk masuk ke homebase yang memberi dukungan penuh bagi dirinya untuk mengembangkan karir akademik.
7. Kehilangan Motivasi
Awalnya dosen mungkin termotivasi untuk bergerak maju setelah melihat seniornya sukses. Tetapi karena adanya suatu hal, misalnya semakin sibuk dengan jabatan struktural.
Motivasi tersebut bisa memudar seiring berjalannya waktu. Tanpa disadari hilangnya fokus bisa menyebabkan hilangnya motivasi dosen untuk mengembangkan karir akademiknya.
Dari berbagai tantangan dosen untuk naik jabatan fungsional yang disebutkan di atas, mana saja yang saat ini sedang dihadapi atau pernah dihadapi? Jalan setiap dosen dalam mengejar jentang karir tentu beragam dan jika mau berusaha dijamin akan meraihnya.
Jika menghadapi tantangan yang dirasa sangat berat maka harus belajar bersabar dan mencari solusi untuk mengatasinya. Karena setiap tantangan tersebut pada dasarnya ada solusinya, dan tugas dosen adalah mencari solusi yang sesuai.
Akhir Kata
Mungkin cukup sekian pembahasan mengenai berbagai macam tantangan dosen untuk naik jabatan fungsional, semoga bermanfaat. Jika ada yang ingin ditanyakan seputar publikasi jurnal bisa hubungi kami disini.