Isu integritas riset di universitas-universitas Indonesia sedang jadi perhatian. Bukan cuma pemerintah, tapi juga kalangan akademisi menilai perlu ada evaluasi mendalam dan perbaikan terus-menerus. Tujuannya jelas, agar kualitas penelitian meningkat dan kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Apalagi, di kancah global, mutu riset dari perguruan tinggi Indonesia semakin disorot.
Mendorong Riset Kampus Lebih Baik
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menekankan pentingnya meninjau ulang riset-riset yang dihasilkan kampus. Ini dia sampaikan merespons kemunculan Research Integrity Risk Index. Indeks ini semacam “rapor” yang dibuat Profesor Lokman Meho dari American University of Beirut, untuk mengukur seberapa “jujur” sebuah institusi dalam melakukan riset.
“Kita terus dorong agar penelitian-penelitian itu makin baik. Kalaupun ada yang kurang atau kurang tepat, saya yakin bukan karena disengaja,” kata Brian usai menghadiri acara penyambutan mahasiswa baru (PKKMB) di Universitas Indonesia (UI), Depok, Selasa (5/8/2025).
Brian berharap, Research Integrity Risk Index ini jadi masukan yang membangun. Bukan malah bikin semangat riset jadi kendor. Evaluasi ini, menurutnya, justru harus memacu peningkatan kualitas riset secara berkelanjutan.
“Penilaian yang dirasa kurang pas itu, ya, kita jadikan bahan evaluasi dan umpan balik untuk perbaikan. Jangan sampai kita jadi malas riset. Justru harus makin semangat meningkatkan kualitasnya, dengan memperbaiki apa yang kurang,” tegasnya.
Evaluasi dengan “Kacamata” Research Integrity Risk Index
Research Integrity Risk Index bisa dibilang alat penting untuk melihat potensi masalah dalam integritas penelitian. Indeks ini membantu kampus-kampus mengevaluasi praktik riset mereka. Jadi, bisa ketahuan mana area yang perlu diperbaiki dan bagaimana caranya meningkatkan mutu penelitian. Evaluasinya cukup mendalam, mencakup metodologi, pengumpulan data, analisis, publikasi, sampai pelaporan hasil.
Dengan evaluasi yang komprehensif, kampus bisa mengidentifikasi potensi pelanggaran etika, bias, atau praktik penelitian yang mencurigakan. Kalau sudah ketahuan, bisa langsung diambil tindakan korektif dan mencegah masalah serupa terjadi lagi di masa depan. Selain itu, evaluasi ini juga membantu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penelitian. Ujung-ujungnya, kepercayaan publik terhadap hasil riset jadi meningkat.
Data dan statistik dari evaluasi ini juga bisa jadi bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dan strategi pengembangan riset di tingkat nasional. Dengan memahami tren dan tantangan yang dihadapi kampus dalam menjaga integritas riset, pemerintah dan lembaga terkait bisa merancang program dan inisiatif yang lebih efektif untuk mendukung peningkatan kualitas penelitian di Indonesia.
Tanggapan Universitas Indonesia (UI)
Universitas Indonesia (UI) termasuk dalam daftar 13 perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam Research Integrity Risk Index. Rektor UI, Heri Hermansyah, menjelaskan bahwa indeks tersebut punya tiga kategori: red flag (zona merah), watch list, dan distribusi normal. UI sendiri masuk kategori watch list, yang artinya perlu pengawasan lebih ketat terhadap kualitas risetnya.
Status Watch List dan Pengawasan Ketat
Status watch list ini mengharuskan UI untuk lebih ketat mengawasi proses penelitian dan publikasi. Pengawasan ini meliputi pemeriksaan metodologi, validitas data, dan potensi konflik kepentingan. UI juga harus memastikan semua penelitian mematuhi standar etika yang tinggi dan pedoman praktik penelitian yang baik.
“Kami akan memperketat proses review dan validasi terhadap semua proposal penelitian dan publikasi. Ini termasuk memastikan bahwa semua peneliti punya pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip integritas riset dan etika penelitian,” jelas Heri.
UI juga berencana meningkatkan pelatihan dan edukasi tentang integritas riset bagi para peneliti dan mahasiswa. Pelatihan ini akan mencakup topik-topik seperti pencegahan plagiarisme, pengelolaan data yang bertanggung jawab, dan pelaporan hasil penelitian yang akurat dan transparan.
Pentingnya Mengecek Reputasi Jurnal Ilmiah
Salah satu faktor yang memengaruhi posisi perguruan tinggi dalam Research Integrity Risk Index adalah kualitas jurnal ilmiah tempat penelitian dipublikasikan. Heri menjelaskan bahwa standar jurnal internasional itu beda-beda. Ada jurnal yang awalnya terindeks dalam database ilmiah terkemuka, tapi kemudian statusnya hilang.
“Ada banyak sekali jurnal internasional yang jadi media publikasi ilmiah. Nah, enggak semua jurnal internasional itu bagus. Kadang, saat ini masih terindeks, lalu kita kirim naskah ke sana. Beberapa tahun kemudian, jurnal itu enggak terindeks lagi,” ungkap Heri.
Karena itu, UI menekankan pentingnya bagi para peneliti untuk mengecek reputasi jurnal ilmiah sebelum memutuskan untuk mempublikasikan hasil penelitian. Para peneliti disarankan memilih jurnal yang punya reputasi baik, terindeks dalam database ilmiah yang terpercaya, dan punya proses peer review yang ketat.
“Sehingga, suatu saat tidak mungkin dia di-kick out dari indeksnya itu. Kita berada pada posisi itu. Tapi, sekali lagi, sebenarnya yang perlu diperhatikan adalah yang red flag,” tandas Heri.
Dengan fokus pada evaluasi berkelanjutan, perbaikan proses riset, dan pemilihan jurnal ilmiah yang berkualitas, Universitas Indonesia berkomitmen meningkatkan integritas riset dan menjaga reputasinya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang terkemuka. Upaya ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas penelitian di seluruh Indonesia dan memperkuat daya saing bangsa di tingkat global. Diharapkan, langkah-langkah yang diambil UI bisa jadi contoh bagi perguruan tinggi lain di Indonesia untuk meningkatkan integritas riset dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Leave a Comment